Mesuji pewarta-se.net
Mendekati Pilkada, janji-janji kampanye semakin bertebaran, mulai dari jalan mulus hingga pengobatan gratis. Namun, tak semua warga menyambutnya dengan antusias. Beberapa justru melontarkan sindiran pedas, salah satunya: “Janji kaya sekalian biar lengkap.” Sindiran ini mencerminkan skeptisisme masyarakat terhadap janji-janji yang dinilai sulit direalisasikan.
Pernyataan tersebut muncul setelah beberapa kandidat kepala daerah di Mesuji mengumbar program yang terdengar menggiurkan. Namun, sejumlah masyarakat mulai meragukan apakah janji tersebut akan benar-benar menjadi kenyataan atau sekadar janji manis untuk mendulang suara.
“Sama seperti yang sudah-sudah, janjinya luar biasa, tapi setelah terpilih banyak yang lupa,” ujar seorang warga di Kecamatan Tanjung Raya yang enggan disebutkan namanya.
Sikap kritis warga ini seolah menjadi alarm bagi para kandidat agar tidak asal berjanji tanpa perencanaan yang matang. Apalagi, pengalaman masa lalu menunjukkan banyak program yang dijanjikan selama kampanye justru tidak terwujud karena keterbatasan anggaran atau faktor lain.
Janji Kampanye: Surga atau Realita?
Sebagian warga menyebut janji seperti jalan mulus dan pengobatan gratis sebagai janji ‘surga’. Janji-janji ini terdengar menarik di telinga, namun realisasi di lapangan kerap menemui banyak kendala.
“Kalau mau janji, ya yang realistis saja. Jangan sekadar menggaet suara tapi ujungnya masyarakat yang kecewa,” ungkap Suryani, warga Desa Simpang Pematang.
Sindiran seperti “janji kaya sekalian” ini menjadi pengingat penting bahwa masyarakat Mesuji semakin cerdas dalam menyikapi janji-janji kampanye. Warga tidak hanya menginginkan program yang terdengar fantastis, tetapi juga langkah konkret untuk merealisasikannya.
Tantangan Bagi Para Kandidat
Para kandidat di Pilkada Mesuji kini dihadapkan pada tantangan besar untuk meyakinkan publik bahwa program yang mereka tawarkan bukan sekadar omong kosong. Penjelasan yang detail, transparansi anggaran, dan perencanaan yang jelas menjadi kunci untuk meraih kepercayaan masyarakat.
Pengamat politik lokal, Dr. Hari Susanto, menilai bahwa sindiran seperti ini adalah refleksi dari meningkatnya kesadaran politik masyarakat. “Ini menunjukkan masyarakat semakin kritis. Mereka tidak mau lagi dibodohi oleh janji-janji yang tak masuk akal,” ujarnya.
Sebagai pemilih, masyarakat Mesuji berharap Pilkada 2024 menjadi momen untuk memilih pemimpin yang benar-benar mampu merealisasikan program-program pro-rakyat, bukan hanya mengumbar janji manis.
Pilkada adalah momentum besar, dan pilihan ada di tangan rakyat. Namun, satu hal yang pasti: janji tanpa bukti hanya akan meninggalkan kekecewaan mendalam di hati masyarakat.(BS)