JAKARTA —
Konflik internal di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Jakarta kembali mencuat ke permukaan. Ketegangan ini muncul setelah pemecatan Hendry Ch Bangun dari kepengurusan PWI Pusat Jakarta. Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Pusat Jakarta, Wilson Lalengke, memberikan pandangannya terkait dengan situasi tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan baru-baru ini, Wilson menyebut bahwa konflik ini seakan tidak memiliki ujung yang jelas, dengan menggambarkan bahwa “gelas yang terlanjur pecah berderai hampir mustahil untuk dibentuk kembali utuh seperti sedia kala. Senin, 2/12/2024.
Menurut Wilson Lalengke, perpecahan yang terjadi antara Hendry Ch Bangun dan pengurus PWI Pusat Jakarta ini sudah terlalu dalam dan sulit untuk disatukan kembali. Pemecatan Hendry Ch Bangun, yang selama ini dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam organisasi PWI, telah menambah kompleksitas situasi. “Ini sebenarnya ditujukan untuk rekan-rekan PWI yang ada di kubu Hendry Ch Bangun. Kita lihat saja bagaimana ending-nya. Yang pasti, gelas yang sudah pecah ini hampir tidak mungkin kembali seperti semula,” ungkap Wilson.
Wilson Lalengke menilai bahwa pemecatan Hendry Ch Bangun bukan sekadar masalah administratif, tetapi juga mencerminkan adanya ketegangan yang lebih besar dalam struktur organisasi. Ketegangan ini tidak hanya menyangkut individu tertentu, tetapi telah merembet menjadi persoalan yang mengancam keberlanjutan organisasi itu sendiri. Menurutnya, perpecahan ini memengaruhi kredibilitas PWI Pusat Jakarta sebagai salah satu wadah profesi wartawan di Indonesia.
Hendry Ch Bangun sebelumnya dikenal sebagai salah satu pengurus penting di PWI Pusat Jakarta. Namun, hubungan antara dirinya dan pengurus lainnya semakin memanas gegara korupsi dana hibah BUMN setelah sejumlah kebijakan kontroversial yang diambil. Pemecatan dirinya dari jajaran pengurus PWI Pusat Jakarta dinilai sebagai klimaks dari ketegangan yang telah lama berlangsung. Hendry, yang saat ini berada di luar struktur organisasi PWI, belum memberikan pernyataan resmi mengenai langkah selanjutnya.
Dalam tanggapannya terhadap perpecahan ini, Wilson Lalengke kembali menekankan bahwa meskipun ada upaya-upaya untuk memperbaiki hubungan antar pihak yang terlibat, kenyataan bahwa “gelas yang sudah pecah” akan sangat sulit untuk diperbaiki harus diterima. Ia juga mengingatkan bahwa jika perpecahan ini terus berlanjut, maka akan berbahaya bagi keberlanjutan PWI sebagai organisasi wartawan yang seharusnya menjaga solidaritas dan profesionalisme.
“Proses rekonsiliasi mungkin masih ada, tetapi kita harus realistis. Seperti yang saya katakan, gelas yang sudah pecah sulit untuk dibentuk kembali,” ujar Wilson, yang menambahkan bahwa perpecahan ini bukan hanya masalah internal PWI, tetapi juga berpotensi merusak hubungan dengan organisasi wartawan lainnya. Dalam kesempatan yang sama, Wilson juga mengingatkan bahwa penting bagi semua pihak untuk menyadari bahwa tujuan utama dari organisasi ini adalah untuk memperjuangkan hak dan kepentingan wartawan serta menjaga integritas profesi jurnalistik.
Para pengamat organisasi pun menilai bahwa kejadian ini memberikan pelajaran berharga bagi seluruh elemen organisasi untuk lebih berhati-hati dalam menangani konflik internal. Meski dalam setiap organisasi pasti ada perbedaan pendapat, namun cara penyelesaian yang bijak dan mengedepankan kepentingan bersama adalah kunci untuk menjaga kestabilan dan keberlanjutan organisasi tersebut.
Ke depan, banyak yang berharap agar PWI Pusat Jakarta bisa segera menemukan titik terang dari konflik ini. Semoga langkah-langkah penyelesaian yang lebih damai dapat dilakukan, sehingga organisasi ini tetap dapat menjalankan perannya dengan baik, baik dalam menjaga independensi jurnalistik maupun dalam mewujudkan kesejahteraan bagi wartawan Indonesia.@Red.